sesirat kenangan, dan perjalanan hidup....
12 Maret 200720.40
seberkas cahaya yang menguntil risih menyembur dari peraduannya, timur daya yang membawa semilir angin kering dengan kuat sekali. ini hampir genap lima bulan saya menjajaki Tunis. Negeri di semenanjung perairan Mediterania. beberapa planing dan target dalam study sedikitnya telah mengalami pencerahan, setidaknya dalam contoh beberapa kasus saya mau mencoba dan berusaha mengejar ketinggalan materi yang diawal kuliyah pernah mengalami Shock seperti keterasingan dengan kondisi baru. pengaruh berhenti dari kegiatan formal study hampir setahun kemarin memicunya penurunan karakter pada diri yang diawali harus kembali jalur-jalur komunikasi bangku sekolah. Sehingga ketika bertemu rutinitas yang memaksa untuk lebih concern secara massif, oh may God. ternyata jauh sekali saya telah tertinggal dari yang lain. so ketika di lepas semuanya. maka kemanakah kita menggantungkan niat dan fasilitas untuk mengadu asah otak. memang tanggal 13 Oktober di temani keheningan Jakarta dini hari Jumat itu, bukan hanya sekedar perjalanan menggantungkan nasib dengan buku-buku dan catatan dari Dosen tentang disipli ilmu saja yang akan saya hadapi, tapi satu konfigurasi kompleks dari masyarakat Tunisie, delimatika serta konskuensi logis semua hal yang akan saya temukan disini. menjajaki kehidupan baru, notabene-nya semua ini sebagai penyambung untuk masa depan yang ternyata harus saya ukir sendiri bagaimana Grand design-nya. toh memang semuanya bukan semata-mata menyelinap masuk begitu saja tanpa kita persilahkan, ia butuh perencanaan dan strategi ala menjemput nasib-nasib, terlepas adanya takdir dan kuasa diatas. tapi saya yakin tuhan tidak akan mengobral klimaks dan kesuksesan yang sangat subjektif itu secara cuma-cuma, butuh peluh dan keringat bercucuran untuk memperjuangkannya.
Maka tak kala semuanya hadir setelah semua usaha dan penyerahan kita secara total kemudahan menghampiri kita, maka kuat sekali kita akan pegang semuanya. trust me, my Friend lompatan-lompatan perjuangan biarkan beriak, mengalir menjelajahi hulu hilirnya, semuanya untuk kearifan dan kebijaksanaan.
Risih sekali berjuta manusia saya saksikan yang mengais nasib pada fasilitas-failitas yang semu, bahkan terkesan fatamorgana, mereka yang mengaisnya dengan penuh kepapaan. mereka yang menggantungkan nasib pada dadu, angka-angka togel atau yang lainnya, kasihan sekali semuanya tampak biasa saja tumbuh, menganak cucu dengan cepat, menggema dari desa ke kota, mereka tidak peduli pada potensi, keterpilan yang secara lahiriah tuhan berikan sebagai modal.
Tunis, padanya saya terhenyak sesaat, menyedarkan sepenuhnya tentang dunia yang akan kita hadapi penuh variasi. banyak jebakan akan kita temukan, dan ternyata, kita harus pandai-pandai menyelaraskan asumsi pada kenyataan, menyeimbangkan irama hidup kita. ini bukan idealisme yang harus memuncak, tapi seperti elastis bergerak penuh perhitungan, kita akan temukan berbagai ketidaklayakan yang harus kita telan sebagai satu kelayakan atau sebaliknya semua itu hanya sambingan dari sesuatu yang esensi sebenarnya.
al muhim, saya tidak merasa di dzolimi oleh lingkungan, maka saya akan berusaha interest sambil mengusung satu bentuk perubahan pada tatanan baru secara massif, bukan sporadis dan acak.
ternyata 5 bulan pertama dari saat di lpes keluarga itu, saya belajar kebudayaan di starta masyarakat yang dilematis. dont be give wrong steatment before rechek pada masayarakatnya secara menyeluruh. seperti hancurnya pemikiran negara arab penuh dengan masyarakat yang 'arab' sebagaimana dilukiskan selama ini. saya temukan kelonggaran dan apresiasi baru pada kebudayaan yang akan selamanya bergerak dan mengalami penyesuaian.
Tapi yang membuat saya sangat apresiatif, berjarak jauh dengan tanah air akan membuat kita semakin mengerti artinya satu rasa, bangsa dan bagaimana bahu membahu membangun satu hubungan moral sesama masayarakat sendiri. setiap kali saya kembali bercengkrama dengan masyarakat indonesia, orang-orang satu tanah air, seperti saya temukan 'rumah', tempat kembali untuk bercerita, berbagi berbagai hal yang kita temukan ganjil, atau sekedar melepas kerinduan yang sebenarnya kita titipkan kerinduan itu pada sanak saudara beribu kilo meter diseberang laut itu, tapi yang dekatlah kita berikan semua itu. mereka cermin saudara, sanak satu bangsa yang tak perlu sangsi lagi segala kebaikan budinya.
No comments:
Post a Comment