Friday, April 13, 2007

Kesan-Kesan Pameran Budaya

Acara Pameran Budaya (mahrajan ats tsaqapi) di kampus Fakultas Peradaban Universitas Ezzitouna telah berlalu. Kendati hanya berlangsung dua hari dalam suasana sederhana, acara ini menyisakan kesan yang mendalam.
Rabu (26/4) sore, seharusnya seremoial pembukaan dilangsungkan. Akan tetapi, cuaca yang kurang mendukung menyebabkan acara pembukaan ditiadakan. Pukul 18.00, Dekan Fakultas Peradaban, langsung mengunjungi semua stand secara bergiliran. Ia didampingi sekretaris dan beberapa dosen.
Stand Indonesia yang berdampingan dengan stand Senegal dan Mali, telah disiapkan sedemikian rupa. Pakaian adat, batik, serta aneka brosur tentang Indonesia telah disusun rapi. Bahkan, stand kita memiliki kelebihan yang tidak ada di stand lain. Yakni adanya makanan khas yang disuguhkan kepada setiap pengunjung yang datang.
Maka ketika rombongan dekan tiba di stand Indonesia, panitia Indonesia menyambutnya dengan hangat. Dede dan Arwani bergiliran menjelaskan profil Indonesia. Ayat menyiapkan makanan ringan khas Indonesia. Sementara Bapak Abdul Hanan sibuk memotret momen-momen spesial.
Para pejabat kampus itu menyimak pemaparan tentang Indonesia secara serius. Sesekali Dekan mengajukan pertanyaan, terutama tentang potensi budaya dan Islam di Indonesia. Ketika melihat foto Presiden Soekarno bersama Presiden Habib Borgouiba, ia nampak senang. “Hubungan Indonesia dengan Tunisia sejak dulu memang terjalin baik”, tuturnya.
Beberapa macam kue khas Indonesia, buah karya ibu-ibu Dharma Wanita KBRI Tunis dihidangkan sesaat sebelum mereka pergi. Mulanya Pak Dekan hanya mencoba-coba. Lama-lama ia mengakui kelezatan kue itu. Beberapa mahasiswa Tunis yang kebetulan mencicipi kue itu malah minta tambah. Seorang mahasiswa Senegal menanyakan dimana pabrik kue itu. Jika ada di Tunis, ia ingin membeli, katanya. Ah, ada-ada saja…
Tak lama kemudian, ibu-ibu pegawai kampus berdatangan. Mereka nampak tertarik dengan beberapa busana tradisional Indonesia yang digelar di meja. Apalagi ketika mendengar penjelasan bahwa setiap etnis daerah di Indonesia, memiliki bahasa daerah, kesenian dan pakaian adat sendiri-sendiri. Adalah Zahra, seorang gadis pegawai kampus langsung mencoba-coba memakai pakaian pengantin Jawa. Seorang staf kedutaan Rusia yang didampingi para mahasiswanya, juga asyik membuka-buka buku profil wisata Indonesia. Lalu mereka bergiliran bertanya tentang Indonesia. Seorang diantara mereka serius bertanya seputar seni bela diri di Indonesia.
Begitulah, komentar dan kesan para pengunjung tentang Indonesia amat beragam. Tetapi semuanya memiliki kesamaan ; kekaguman atas potensi negeri pertiwi. Potensi luas wilayah, jumlah penduduk yang besar, potensi wisata yang mengagumkan, serta kekayaan tradisi dan budaya yang luar biasa.
Beberapa pengunjung mengaku baru tahu infoemasi yang sebenarnya tentang Indonesia di pameran ini. Sebelumnya, rata-rata mereka menduga bahwa Indonesia itu negeri yang terbelakang dan miskin potensi. “Selama ini saya hanya sering mendengar bahwa Indonesia itu negeri berpenduduk muslim terbesar. Sekarang saya baru tahu bahwa negeri kalian itu memiliki banyak bahasa dan kesenian tradisi”, tutur Ahmad, seorang mahasiswa Tunis.
Dua orang mahasiswa Tunis lainnya terperanjat kaget tatkala tahu betapa luas negeri Indonesia. “Bayangkan, dari sini ke sini saja 1100 km…!”, tutur salah seorang diantara mereka kepada rekannya seraya menunjuk lokasi Pelabuhan Merak di barat pulau Jawa dan lokasi kota Banyuwangi di ujung timurnya. Kawannya berdecak kagum. Apalagi ketika mereka tahu jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 220 juta jiwa. “Negeri kami hanya 11 juta jiwa”, kata mereka.
Itu kesan-kesan pameran di hari pertama. Hari berikutnya, para tim Indonesia telah bersiap-siap sejak jam 10.00. Juga tim negara lain. Panitia menyiapkan meja peralatan tenis meja dan catur di pelataran lantai dasar. Kegiatan olah raga memang menjadi bagian acara ini.
Ulung dan Rido ikut bermain catur. Bergabung bersama para atlit negara-negara lain. Pertandingan tenis meja pun terus berlangsung. Ikbal dan Hasbi bergiliran tenis melawan para mahasiswa Afrika.
Pukul 11an, Lia, Fadhila dan Fathia tiba di lokasi. Mereka langsung bergabung dengan para tim Indonesia lainnya. Fadhila dan Lia malah sempat ikut bermain tenis meja. Tenis melawan mahasiswa Afrika berkulit hitam, siapa takut?! Mungkin begitu tekad keduanya. Semata-mata untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa kaum wanita Indonesia pun mampu berkarya, kapan dan dimanapun berada. Maka penampilan mereka yang penuh percaya diri, lagi-lagi membuat kaget para mahasiswa asing lainnya. Setiap kali poin nilai keduanya bertambah, para supporter Indonesia pun bertepuk tangan meriah.
Pertandingan terus berlangsung, diantara tepukan meriah, derai tawa, decak kagum dan sesekali jepretan kamera. Hingga tak terasa, pada pukul 14an, panitia mengumumkan acara makan siang bersama di pelataran kampus. Meja dan kursi dipasang berderet, hidangan spesial Tunis, kuskus, disajikan bagi para peserta pameran.
Itulah sekelumit kisah dari arena pameran budaya tahunan di Universitas Ezzitouna, Tunis. Momen berharga bagi kita untuk mengenalkan Indonesia kepada orang lain, dalam skala sekecil apapun. Kalau bukan kita, siapa lagi…?!

Mengenal lebih dekat Tunisia [part. 1]

Tunisia secara Geografis.....
Tunisia terletak di Ujung bagian utara benua Afrika. Di sebelah utara dan
timur berbatasan dengan Laut Mediterania. kalau di sebelah selatan dan
tenggara berbatasan dengan negaranya Muammar Khadafi; Libya. Negeri yang
sekarang dibawah kekuaaan Ben Ali ini di sebelah barat dan tenggaranya
langsung berbatasan dengan Algere negara leluhurnya Zinedine zidane.
Meskipun himpit oleh dua negara besar secara wilayah tapi terlihat
kemandirian Tunisia dalam bidang Ekonomi, sosial dan politiknya menjadikan
Tunisia menjadi negara termakmur ketiga di Benua Afrika setelah Afsel dan
Libya.
Tunisia hanya berjarak 137 km dari kepulauan Sicilia, Italia. kalau saya
ibaratkan jarak Garut ke Jakarta lewat Tol Cipularang sepertinya masih lebih
jauh. Hanya membutuhkan waktu 45 menit penerbangan dari Roma dan sekitar 2
jam dari Paris.
Meskipun luas wilayahnya yang kecil, bahkan beberapa sumber menyebutkan
sebagai negara terkecil di Benua Afrika dengan luas wilayah 164.150 km2,
tapi Tunisia menawarkan pemandangan indah, yang akan memanjakan mata para
pengunjungnya. Pesona alam yang indah itu bisa dilihat pada 1.298 km garis
pantai yang terbentang di sebelah barat. Anda akan termanjakan oleh tempat-
tempat wisata seperti Sousse, Mounastir, Hammamet, kepulauan Djerba. Kalau
di Tunis Ibu Kotanya ada La Marsa, Sidi Bou Said, Le Goulette, Bizzerte dan
yang lainnya.
Bukan hanya pesona pantai saja yang dimiliki Tunisia daerah pegunungan di
sepanjang perbatasan Aljazair juga merupakan tempat wisata yang digemari
oleh para turis yang berbondong-bondong datang dari Eropa. Daratan
tertingginya adalah Gunung Chaambi (1.544 meter di atas permukaan laut).
Kalau kita menjajaki kesebelah selatan dari Tunis, Ibu Kota Tunisia. disana
ada chott dan oase dihamparan Gurun pasir. Sejenak anda akan dibuat takjub
bagaimana mungkin dalam hamparan pasir yang kering kerontang sejauh mata
memandang ada oase yang mengalir bahkan membentuk seperti Danau di areal
yang tandus. sungguh keajaiban tuhan yang menciptakannya. Daerah-daerah
seperti Dus, Tozeur, Tatouin merupakan daerah yang dilalui oleh sahara.
Perkebunan zaitun menghampar di hampir seluruh permukaan negeri. oleh sebab
itu, tunis termasuk kategori pengekspor minyak Zaitun terbesar ke daratan
Eropa. situs-situs arkeologi dari kerjaan Chartage, Turki Utsmani bersebaran
diseluruh penjuru negeri. Masjid-masjid bersejarah seperti Mesjid Ezzetouna
yang dibangun di awal penyebaran Islam ketanah Afrika atau mesjid Uqbah Bin
Nafi' di Kaerouan yang merupakan mesjid pertama yang dibangun di Tanah
Afrika semakin mengukuhkan kentalnya sejarah dan peradaban islam membiru di
bumi Tunisia.
Pasar-pasar tradisional bernuansa Arab pertengahan juga menjadi daya tarik
Tunisia lainnya. Hampir disetiap Kota terdapat Le Marchè yang didesain
sedemikian rupa, dijaga keautentikannya sampai sekarang. Di kota Tunisnya
anda akan melihat takjub Souk Medina yang ditengahnya berdiri kokoh mesjid
Ezzetouna. setiap hari lalu lalang para turis, bereneka ragam pernak pernik
khas Tunisia, Makanan, baju-baju dijual disana.
untuk masalah suhu Tunisia termasuk negeri yang memiliki empat musim, dengan perbedaan iklim
yang cukup mencolok antara daerah bagian utara dan daerah bagian selatan.
Suhu udara rata-rata berkisar antara 7-10°C pada musim dingin (di daerah
bagian barat dan di kawasan pegunungan mencapai -5°C), dan 25-40°C pada
musim panas (di beberapa tempat di selatan Tunisia mencapai bahkan melewati
45°C). Cuaca akan terasa lebih panas lagi saat angin gurun bertiup dari arah
selatan. Musim semi dan musim gugur adalah musim yang menyenangkan di
Tunisia, dengan suhu udara yang hangat dan cuaca yang indah.

Ma'had Hadharah Islamiyyah Jami'ah Ezzetouna, Tunis

Sekolah tinggi yang memang diperuntukan bagi warga asing yang ingin belajar ilmu-ilmu keislaman. Tidak terlalu besar luasnya, tapi cukup asri dengan taman yang dipenuhi para mahasiswa ketika istirahat tiba. Dihimpit, Mesjid Haoua disebelah kanan serta berada pas diujung avenue Higway yang menuju daerah Monfloury. Terletak di pusat kota, dan memang daerah khusus, menyerupai delta yang dikonsentrasikan untuk pendidikan. seberang Jalan kita akan melihat bangunan Universitas 9 April, kampus biru terkenal di Tunis yang telah berdiri puluhan tahun. Sekitar 100 meter sebelah kanannya berdiri deretan bangunan Universitas Tunis. Untuk Kampus Hadharahnya memang berada didaratan tinggi yang membelakangi Sebkhet Sedjoumi, atau danau kecil Sedjoumi.
Ezzetouna University memiliki dua Fakultas, yang masing-masing terpisah baik secara konstruktif ataupun administratif. pertama, Islamique Civilization yang diperuntukan bagi kaum asing. yang kedua, Fakultas Ushuludin yang diperuntukan warga pribumi. itu pun hanya terjadi pada strata 1 untuk jenjang lisence saja. sementara untuk pendidikan magister kuliyah akan digabungkan di Fakultas Ushuludin.
Metodologi belajar yang diterapkan disetiap perguruan tinggi di Tunis memungkinkan untuk mahasiswa berkembang dan melakukan dialog dengan para tentor pembimbing. Disamping diselingi tugas-tugas kuliyah sistem paket yang harus diselesaikan oleh para mahasiswa dalam kurun waktu tertetu.
Apalagi dengan jumlah mahasiswa dibatasi perkelas, suasana belajar menjadi kondusif, dosen tidak hanya menyampaikan kuliyahnya saja tapi diselingi tanggapan dan komentar dari mahasiswa. Singkat cerita saya menemukan Demokrasi pendidikan dari ranah yang berbeda di bumi Tunisia. sistem pengajaran dengan memberikan apresiasi besar pada mahasiswa ini akan jarang kita temukan pada sistem pendidikan di negara-negara arab yang lainnya.
Belum lagi hal ini didukung oleh dosen-dosen yang punya kualifikasi tinggi dalam bidangnya masing-masing. Mereka yang bisa mengajar di Universitas Ezzetouna bukan hanya harus sudah bergelar doktor saja, tapi juga sudah punya andil besar pada pendidikan secara umum. seperti profesor dalam study ilmu yang khusus, seorang praktisi keagamaan terkemuka dimasyarakat atau pernah menjadi dosen terbang di negara-negara arab lainnya. ini bukan isapan jempol saja, beberapa dosen senior yang penulis temui menuturkan, bahkan kalau ada reshuffle kabinet terjadi di pemerintahan untuk Menteri Agama segera akan ditunjuk dari kalangan Akademisi di Ezzetouna, biasanya seorang Rektor Ezzetouna akan secara otomatis masuk ke jajaran Kabinet tersebut. Untuk seorang Mufti di pemerintahan, kalau di Indonesia Mufti pemerintahan tidak perorangan tapi dipegang oleh MUI, ditunjuk dari pemerintahan. hal ini menunjukan betapa Ezzetouna University punya partisipasi besar pada pemerintahan dan masyarakat menyangkut hal-hal yang bersentuhan dengan bidang keagamaan.
Kembali lagi menceritakan seputar kampus Hadharah Islamiyyah tercinta. pendidikan dibagi pada dua tahap, mereka yang belum mumpuni dari segi bahasa akan masuk jenjang persiapan (préparation) bahasa sebelum memasuki jenjang kuliyah. Pada Jenjang persiapan ini kita hanya diberikan paket-paket belajar untuk bahasa saja. Tapi jangan khawatir pendidikan di kelas persiapan akan memungkinkan kita lebih siap menuju pendidikan Lisence-nya. setidaknya kita bisa mengenal bahasa secara mendalam, bagaimana sistem pendidikan dan kultur tunisia secara umum.
kelas persiapan dibagi dalam dua tahap, Kelas tahap pertama yang untuk mereka belum mengenal baik huruf, metodologi membaca arab dan hal-hal dasar lainnya seputar bahasa. Seperti untuk tahun ini, mereka yang belajar di persiapan pertama ini mahasiswa-mahasiswa asal Turki, Rusia dan Negara-negara Eropa lainnya yang memang sangat baru belajar bahasa Arab. Untuk kelas tahap kedua, saya kebetulan ketika tes pra kuliyah masuk pada kelas ini bersama dua mahasiswa indonesia lainnya. kita sudah terjun pada teks-teks arab, belajar grammer bahasa dengan metodologi yang lebih menarik. kalau kita hanya mengenal sistem Nahwu dan sharf dulu yang diajarkan di Indonesia dengan hafalan dan seperti itu juga terasa tidak berkembang. Disini metedologi penyampaaian materi bahasa sedemikian rupa dikemas supaya para mahasiswa lebih tertarik dan lebih menyukai bahasa arab.
Untuk jenjang pendidikan License-nya ditempuh dengan jenjang tiga tahu saja. Pada tahun pertama kita akan belajar banyak berbagai disiplin ilmu dan bahasa. sekedar bercerita keunggulan lainnya dari Ezzetouna University adalah dalam hal bahasa, kita akan disodorkan pada pilihan Primer bahasa yang mencakup Inggris atau perancis sedangkan suplemennya kita akan diberikan pilihan antara bahasa Italia, Latin atau Persia. Beberapa mata kuliyah tertentu akan disampaikan dengan Prancis. Oleh karena itu yang punya ketertarikan dalam bahasa Ezzetouna University merupakan pilihan tepat yang bisa memdorong anda kearah sana.
Tahun pertama memang dikondisikan untuk lebih concern pada belajar dikampus sepenuhnya. Jam kuliyah yang padat dan materi kuliyah yang banyak akan mengisi hari-hari dalam sepekan. Sedangkan pada Jenjang tahun kedua, kita akan mulai diposisikan pada pilihan jurusan yang terdiri dari Syari'ah belajar mengenai hukum-hukum Islam, Ushuludin dan Hadharah Al Islamiyyah. Pada pilihan ketiga kita akan belajar seputar sejarah peradaban Islam di Eropa, di Bumi Asia dan Daratan Afrika. Tapi semua jurusan tetap tidak terlepas terus memantau Seputar perkembangan hukum Islam ditiap Negara, isu-isu kontemporer dan yang lainnya.
Pada tahun ajaran Kedua dan ketiga ini, konsentrasi belajar tidak hanya di kelas saja. kita akan diajak berkeliling melihat berbagai peninggalan Islam di Tunisia. kita akan disertakan dalam Seminar dan Loka karya di Kampus. begitupun sistem belajar, dengan asumsi kualitas bahasa arab yang sudah meningkat kuliyahpun disampaikan lewat presentasi makalah dan diskusi tentunya dengan pengantar berbahasa Arab yang baik dan benar.
Selain sistem belajar yang menarik, kita juga akan mengikuti program-program yang di adakan oleh pihak Kampus sendiri tak kalah menariknya. Seperti Rihlah Ilmiah, Even-even perlombaan, Mahrajan Tsaqafah dan lain sebagainya. Rihlah Ilmiah dalam setahun biasanya diadakan empat kali pada Libur Musim dingin, dan Libur musim semi. Dua kali diadkadan oleh Kampus Hadharah biasanya hanya kalangan asing saja yang diikutsertakan. Dua kali diadakan oleh Kampus Ushuluddin, rihlah ini diikuti mahasiswa asing dan mahasiswa Tunis yang seksi dan bahenol abiz. Biasanya kita akan dijak keluar kota Tunis, menginap selama tiga hari, tinggal di Hotel dan mengunjungi setiap sudut bersejarah Tunisia. Pokonya "Adventure Unforgattten" hanya dengan bayar 10 DT. padahal kalau kita berangkat sendiri itu bisa menghabiskan 250 DT lebih.
Even-even perlombaan seperti yang saya ceritakan dalam tulisan GO..Go..Go.. INdonesia, sedangka cerita seputar Mahrajan Ats Tsaqafah untuk lebih lanjut lihat pada tulisan kesan-kesan pameran budaya.
Masih banyak hal menarik yang saya temukan, dari bumi Tunisia, ini hanya sekelumit cerita saja. dari seorang teman untuk berbagi bersama....







Saturday, April 7, 2007

Sejenak Bersama Wakil Rakyat

Sepenggal Cerita dari Pertemuan dengan Wakil Rakyat....

Tunis,
Udara malam itu memang tidak seperti biasanya. walaupun secara perhitungan alam bulan April ini cuaca sudah berganti menjadi hangat. Ternyata, keadaanIbukota Tunisia ini belum sepenuhnya beranjak dari musim dingin. malahan semilir angin lautnya hampir sama kuatnya dengan Januari atau dipermulaan Febuari kemarin. Ramalan cuaca dari Tv7 Tunis pun memang membenarkan, siklus udara diseputar perairan Mediterania yang membawa uap dingin dari daratan Eropa akan menghembus kuat Negara-negara seputar Afrika utara tak terkecuali Tunis yang berada disemenanjung paling Ujung Afrika.
Tapi semua itu tidak menyurutkan niat saya ingin bertatap muka secara langsung dengan para wakil Rakyat. sore-sore, setelah Kuliyah dari Universitas Zetouna; langsung bertolak kepusat perkumpulan Pelajar Indonesia (Association des Etudiants Indonésiens en Tunisie) di Sedjoumi El Hilal. tak jauh dari kampus tercinta Ma'dah Hadharah Al Islamiyyah. Tapi baru Sekitar pukul 18.30-an dengan Bis Renoult 37 MD 12 milik Kedutaan. kita semua mahasiswa yang cuma berjumlah 16 orang itu berangkat menuju perkantoran Rue Oubeira daerah Berges Du Lac.
Anda akan sedikit heran, Jam 20.05 itu baru saja masuk waktu shalat Maghrib. sama ketika kami sampai di Kedutaan Republik Indonesia Tunis itu, tak lama kemudian berkumandang adzan dari mesjid yang hanya beberapa bangunan dari kedutaan kita. selepas Shalat Maghrib Berjamaah. tak lupa berilaturahmi dengan para staf lokal, ibu-ibu Dharma Wanita, beserta keluarga mereka. bertemu dengan mereka seperti membukakan memori tentang istimewanya satu nasionalisme, rasa kebangsaan. saya merasakan seperti Back to Home. sedikit itu indah, walaupun segelintir orang tapi kita kuat dan selalu bahu membahu mengenalkan indonesia pada mereka yang diluar. memori untuk bertatap muka pada keluarga dan kampung halaman yang diseberang pulau itu saya tumpahkan disini, bersama mereka. ah.. kalau saya bercerita tentang kerinduan pada Indonesia tak akan habis beribu halaman untuk mengungkapkannya cieh....
sesumbar berita kedatangan para Wakil Rakyat, memang telah santer kami terima beberapa minggu sebelumnya. kunjungan yang diprakarsai oleh parlemen tunisia dalam rangka Rapat bersama antara parlemen kedua negara tersebut memang telah berlangsung dari beberapa hari kebelakang. satu minggu mereka bertujuh Anggota Komisi VII tersebut akan menjajaki setiap sudut pesona Tunis yang Eksotik. Disamping mereka tidak akan lupa dengan tugas utama untuk menghadiri pertemuan penting bersama Parlemen serta menteri Pendidikan tinggi untuk menghasilkan beberapa perjanjian MOU dalam bidang pendidikan, ekonomi, budaya dan yang lainnya.
Sekitar pukul 20.00 Ruangan Nusantara KBRI Tunis telah disulap menjadi pesta kecil, dengan hidangan istimewa ala prasmanan. beberapa makanan khas indonesia seperti Daging ala balado, sop isi baso dan daging, sampai Ikan Cobek telah siap tersaji. tak lupa terselip hidangan manisan khas Tunis seperti Makroud Kairouan, manisan gaya bola; Baklouah serta Kurma yang sudah terkenal diseluruh pelosok arab, sebagai produk dengan kualitas terbaik.
kita dibuat sedikit degdegan, menunggu kedatangan para tamu itu (Insert; Anggota Parlemen) yang tadi siang bertolak menuju Sousse. kota pariwisata yang tak boleh dilewatkan para Turis yang datang menuju Tunisie ini.
Baru pukul 21.00, rombongan tersebut datang dengan puluhan para Jurnalis dari beberapa media masa Indonesia yang sengaja di datangkan oleh pemerintah Tunisia. kontan saja, jamuan menjadi membengkak. saya yang saat itu menjadi Penerima tamu diruangan Utama bersama Bang Ridho,senior yang kurang lebih setahun lagi menyelesaikan License-nya. Dengan stelan Batik yang saya beli dari Tanah Abang beberapa waktu sebelum keberangkatan study ke Tunis. sesekali memang terlihat seperti Pramusaji di Hotel-hotel Indonesia. Tak apalah. awalnya memang terasa kaku harus berhadapan langsung dengan para pejabat itu. beberapa nama yang masih saya ingat, salah satunya ada Bapak Sony Kraf, yang dulu pernah jadi menteri lingkungan hidup di Era Gusdur, bapak Agusman Effendi dari Golkar sebagai Ketua Komisi, Muhammad Najib Msc; dari PAN, ada Wahyuddin Munawir dari golongan Partai 'Tarbiyyah' PKS Sultan Bhatoegana dari PD, Zainudin amali dan Kahar Muzanin dari Golkar.
setelah acara Diner yang selesai sekitar 45 menit itu, kita menuju Ruangan samping Nusantara. Disana telah berderet kursi-kursi menyerupai tempat konferensi mini, tapi secara off recorder. dan inilah acara sesungguhnya yang kita tunggu-tunggu, dimana para Anggota Legislatif itu membawa oleh-oleh cerita seputar negeri kelahiran. walaupun dengan wajah-wajah yang sedikit tergurat rasa lelah, tapi tak menyurutkan antusiasme mereka bertatap muka serta berdialog dengan masyarakat Indonesia di Tunisie. sesekali, terdengan gurauan humor dari pemaparan bapak Agusman atau bapak sultan yang disambut tawa meriah dari audience semuanya. Bapak Agusman yang ternyata Ketua Harian KONI itu, memberi penjelasan tentang kunjungannya ke Tunis yang merupakan rangkaian undangan dari Parlemen Tunisia dan Jerman itu. Dalam rangka meeting pembahasan seputar perkembangan Tekhnologi Tsunami. seputar Isu hak interpelasi DPR terhadap pernyataan pemerintah yang menyutujui sanksi PBB terhadap Iran.
Dalam session tanya jawab tidak kalah menariknya, para anggota Parlemen sedikit Kebakaran Jenggot ketika ditanya tentang anggaran belanja Laptop. Dengan nada humor Arwani, mahasiswa yang bertanya mengungkapkan "asal bapak tau aja, alhamdulillah kita semua mahasiswa yang belajar di Tunis. hampir semua memiliki laptop hasil jerih payah kita sendiri, masa nggak malu hanya buat Laptop aja harus pake uang rakyat nih... " kontak saja disambut tawa riuh semuanya. Dede Permana beserta Iqbal memberikan masukan terkait study di Tunis yang ternyata MOU antara pemerintah Indonesia dan Tunisia telah kadaluarsa. sehingga tidak ada perjanjian Schoolarshif untuk jenjang master dalam dua tahun terakhir ini. . sesekali para mahasiswa promosi pendidikan tunisia, supaya mendapatkan tindak lanjut yang riel dari pemerintah Indonesia. dan beliau berjanji akan meninjak lanjutinya pada pemerintah dengan membuat usulan di Rapat hasil kunjungan. selain besok tanggal 05 April pukul 10.00 dijadualkan akan bertemu menteri dan Beberapa Staf Ahli Kementrian pendidikan tinggi Tunisia, akan disampaikan usulah penambahan mahasiswa dan kemungkinan pertukaran pelajar juga.
pertanyaan sedikit melenceng disampaikan oleh Staf Local Bapak Hannan, dia bertanya seputar kasus Ambalat, serta sipadan dan Ligitan. dengan nada humor dia mengungkapkan "meskipun saya 12 tahun di Tunis, tapi nasionalisme saya tidak pernar padam. maka saya tak rela sejengkalpun tanah dari indonesia di ambil oleh negara lain.... " ungkapnya dengan menggebu-gebu. untung saja tidak sampai meneriakan "ganyang malaysia".
akhirnya forum itu berakhir pukul 23.30. Setelah Bapak Hertomo Reksodiputro, selaku Dubes memberikan Cinderamata kepada semua Anggota DRP komisi VII. diselingi foto-foto dan tukar kartu nama dari beberapa Tamu tersebut. terima kasih bapak-bapak tentang cerita-ceritanya, motivasinya....
Insya allah we'lln be next Generetion yang akan membangun Indonesia dengan sepenuh hati kami. Bravo Indonesia........

Seberkas cahaya

sesirat kenangan, dan perjalanan hidup....
12 Maret 2007
20.40

seberkas cahaya yang menguntil risih menyembur dari peraduannya, timur daya yang membawa semilir angin kering dengan kuat sekali. ini hampir genap lima bulan saya menjajaki Tunis. Negeri di semenanjung perairan Mediterania. beberapa planing dan target dalam study sedikitnya telah mengalami pencerahan, setidaknya dalam contoh beberapa kasus saya mau mencoba dan berusaha mengejar ketinggalan materi yang diawal kuliyah pernah mengalami Shock seperti keterasingan dengan kondisi baru. pengaruh berhenti dari kegiatan formal study hampir setahun kemarin memicunya penurunan karakter pada diri yang diawali harus kembali jalur-jalur komunikasi bangku sekolah. Sehingga ketika bertemu rutinitas yang memaksa untuk lebih concern secara massif, oh may God. ternyata jauh sekali saya telah tertinggal dari yang lain. so ketika di lepas semuanya. maka kemanakah kita menggantungkan niat dan fasilitas untuk mengadu asah otak. memang tanggal 13 Oktober di temani keheningan Jakarta dini hari Jumat itu, bukan hanya sekedar perjalanan menggantungkan nasib dengan buku-buku dan catatan dari Dosen tentang disipli ilmu saja yang akan saya hadapi, tapi satu konfigurasi kompleks dari masyarakat Tunisie, delimatika serta konskuensi logis semua hal yang akan saya temukan disini. menjajaki kehidupan baru, notabene-nya semua ini sebagai penyambung untuk masa depan yang ternyata harus saya ukir sendiri bagaimana Grand design-nya. toh memang semuanya bukan semata-mata menyelinap masuk begitu saja tanpa kita persilahkan, ia butuh perencanaan dan strategi ala menjemput nasib-nasib, terlepas adanya takdir dan kuasa diatas. tapi saya yakin tuhan tidak akan mengobral klimaks dan kesuksesan yang sangat subjektif itu secara cuma-cuma, butuh peluh dan keringat bercucuran untuk memperjuangkannya.
Maka tak kala semuanya hadir setelah semua usaha dan penyerahan kita secara total kemudahan menghampiri kita, maka kuat sekali kita akan pegang semuanya. trust me, my Friend lompatan-lompatan perjuangan biarkan beriak, mengalir menjelajahi hulu hilirnya, semuanya untuk kearifan dan kebijaksanaan.
Risih sekali berjuta manusia saya saksikan yang mengais nasib pada fasilitas-failitas yang semu, bahkan terkesan fatamorgana, mereka yang mengaisnya dengan penuh kepapaan. mereka yang menggantungkan nasib pada dadu, angka-angka togel atau yang lainnya, kasihan sekali semuanya tampak biasa saja tumbuh, menganak cucu dengan cepat, menggema dari desa ke kota, mereka tidak peduli pada potensi, keterpilan yang secara lahiriah tuhan berikan sebagai modal.
Tunis, padanya saya terhenyak sesaat, menyedarkan sepenuhnya tentang dunia yang akan kita hadapi penuh variasi. banyak jebakan akan kita temukan, dan ternyata, kita harus pandai-pandai menyelaraskan asumsi pada kenyataan, menyeimbangkan irama hidup kita. ini bukan idealisme yang harus memuncak, tapi seperti elastis bergerak penuh perhitungan, kita akan temukan berbagai ketidaklayakan yang harus kita telan sebagai satu kelayakan atau sebaliknya semua itu hanya sambingan dari sesuatu yang esensi sebenarnya.
al muhim, saya tidak merasa di dzolimi oleh lingkungan, maka saya akan berusaha interest sambil mengusung satu bentuk perubahan pada tatanan baru secara massif, bukan sporadis dan acak.
ternyata 5 bulan pertama dari saat di lpes keluarga itu, saya belajar kebudayaan di starta masyarakat yang dilematis. dont be give wrong steatment before rechek pada masayarakatnya secara menyeluruh. seperti hancurnya pemikiran negara arab penuh dengan masyarakat yang 'arab' sebagaimana dilukiskan selama ini. saya temukan kelonggaran dan apresiasi baru pada kebudayaan yang akan selamanya bergerak dan mengalami penyesuaian.
Tapi yang membuat saya sangat apresiatif, berjarak jauh dengan tanah air akan membuat kita semakin mengerti artinya satu rasa, bangsa dan bagaimana bahu membahu membangun satu hubungan moral sesama masayarakat sendiri. setiap kali saya kembali bercengkrama dengan masyarakat indonesia, orang-orang satu tanah air, seperti saya temukan 'rumah', tempat kembali untuk bercerita, berbagi berbagai hal yang kita temukan ganjil, atau sekedar melepas kerinduan yang sebenarnya kita titipkan kerinduan itu pada sanak saudara beribu kilo meter diseberang laut itu, tapi yang dekatlah kita berikan semua itu. mereka cermin saudara, sanak satu bangsa yang tak perlu sangsi lagi segala kebaikan budinya.