Monday, August 27, 2007

bercermin masalah kependudukan dari negeri Zaitun....

Permasalahan kependudukan salah satu masalah kronis yang harus cepat diselesaikan oleh bangsa kita. demikian seperti diucapkan oleh Bapak ketua BKKBN [Badan Kesatuan Keluarga Berancana Nasional] Dr. Sugiri ketika dilakukan acara ramah tamah dengan masyarakat Indonesia di Aula Nusantara KBRI Tunisia. Beliau yang membawa rombongan staf dan rekan-rekan dari BKKBN itu sedang dalam tugas negara untuk studi banding masalah kependudukan dengan pemerintah Tunisia. diantara mereka ada Prof. Dr. Masykuri Abdullah, guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. dari perwakilan ormas Islam yang diwakili wakil ketua Nahdhatul Ulama bapak Prof. Romzi Munir MA, Kabag Humas BKKBN bersama istri dan staff lainnya. semuanya berjumlah 7 orang. Bapak Sugiri tampil dimuka umum sebagai ketua dia membahas inti pertemuan dalam kunjungan dengan pemerintah Ben Ali kali ini. Dalam prolognya dia bercerita tentang tinta emas keberhasilan mengatasi isu kependudukan. Indonesia dalam era orde mendapatkan pengakuan dari dunia Internasional untuk program kependudukannya, dengan Keluarga berencananya. bahkan dibeberapa negara berkembang sekitar Asia, Indonesia dijadikan prototipe negara berkembang yang sukses dengan kependudukan. Di sekitar tahun 90-an Vietnam, Thailand dan negara sekitar asia tenggara lainnya belajar tentang kependudukan dari Indonesia. Bahkan bapak Landung sendiri yang membuat kerangka pertumbuhan kependudukan Filiphina , disusul senyuman bapak Landung yang saat itu membawa istri tercintanya dalam studi banding ini. Dengan nada sedikit menyesal, dia meneruskan. "tapi itulah negara kita, setelah sekian tahun maju dan berkembang. ketika pemerintahan telah berganti sering kali kita memberangus semua masa lalu serta menghancurkannya begitu saja, maka tak salah pertumbuhan kependudukan indonesia dalam hitungan waktu tidak terkontrol. bahkan BKKBN sendiri yang dahulu independent dan memiliki porsi lembaga khusus dalam jajaran kementrian. sekarang hanya menjadi badan yang dibawah kementrian yang birokrasinya sangat berbelit sekali. maka saya sendiri membayangkan betapa susahnya para pengurus BKKBN yang berada didaerah-daerah hanya untuk mengadakan penyuluhan saja dia harus melewati tahap birokrasi yang berbelit." sambil acara ramah tamah itu, beberapa kali kita disuguhkan humor khas ala orang-orang BKKBN yang ceritanya tak jauh merakyat, seputar kehidupan keluarga. kita dibuat terbahak-bahak ketika bapak Romzi munir bercerita tentang dilema antara seorang bapak dan ibu ketika ingin bercumbu malam di bawah naungan Rumah sangat sederhana [RSS]. itu hanya inter mezzo saja, Tapi cerita yang sangat kita nikmati bersama adalah seputar perkembangan dunia dan isu kependudukan. Bersamaan meningkatnya isu terorimse dan nuklir yang telah menyita dunia. hilang juga cerita isu kependudukan yaang sebenarnya lebih dahsyat efek panjang terhadap keberlangsungan masa depan dunia. Ledakan pertumbuhan penduduk dunia, salah satu isu penting yang muncul. selain sex before marride [SBM] yang hampir mewabah dengan resiko berdatangaannya penyakit-penyakit mematikan. Tunisia sendiri merupakan salah satu negara yang sukses dalam penekanan jumlah angka kelahiran, kematian dan kesejahtetaan masyarakatnya. pemerintah tunisia berhasil menekan pertumbuhan penduduknya sampai 1,08% pertahun. kiprah pemerintah yang dominan pada sektor kependudukan dapat dilihat dari membaiknya pelayanan kesehatan, pendidikan. dengan dibentuknya lembaga khusus yang bergerak dalam kesejahteraan masyarakat yaitu lembaga Le Fond Nasional de Solideritè [dana solidaritas Nasional] yang banyak menyentuni dan memberikan penyuluhan keterampilan kepada masyarakat. sehingga dalam waktu yang relatif singkat, sepuluh tahun pertama kiprahnya telah membantu sekitar 220.000 keluarga [ 11% keluarga yang ada di tunisia]. pertumbuhan Kesejahteraan masyarakatnya pun sangat fantastis. sekitar tahun 1980-an jumlah orang miskin di Tunisia mencapai 22%. selang beberapa tahun, pada tahun 1997 menjadi 6,2 % dan tahun 2004 menjadi 4,2%. ada satu lagi hal ironi ketika isu kesetaraan gender yang disebagian negara arab masih dianggap tabu. Tapi negara Tunisia menjawabnya dengan satu statistik yang mencengangkan. wanita pekerja di Tunisia mencapai 1,7 juta lebih. ini sangat jauh dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja laki-laki yang hanya mencapai 534.000 jiwa. Inilah bisa diibaratkan prorgesifnya langkah-langkah pemerintah kepada masyarakatnya. negera kita memang perlu belajar banyak pada negara-negara lain yang kecil semisal Tunisia ini. atau lebih jauh, kita harus bercermin pada negara-negara besar semisal china, India untuk permasalahan kependudukan. Khususnya cina, dia bisa berdalih bahwa kuantitas menjadi keuntungan tersendiri untuk negara tirai bambu itu. semisal kuantum, pertumbuhan ekonominya meledak dahsyat membuat kocar-kacir negara maju. itulah cermin sebenarnya kita, masyarakat indonesia sekarang ini.
Salam manis dari Tunis

No comments: